RajaKomen
Mengungkap Dalang Mafia Minyak Goreng

Mengungkap Dalang Mafia Minyak Goreng

1 Apr 2022
1595x
Ditulis oleh : IdeBlog

Orang boleh saja menggugat Menteri Perdagangan atau menjulukinya “cakap angin” berkaitan dengan sesumbarnya untuk membekuk mafia minyak goreng, tapi pertanyaannya: apa alasannya orang itu masih dipertahankan sebagai menteri? Mengapa tidak segera dicopot?

Mendag adalah pembantu presiden (sementara presiden adalah petugas partai). Ia melakukan 3 kesalahan fatal: 1) mengaku sendiri tidak bisa menangani mafia; 2) (tapi) ‘berbohong’ ingin mengumumkan siapa mafia; 3) bukti yang dikumpulkan oleh instansinya ternyata dinilai tidak cukup kuat oleh penegak hukum.

Ia, dalam jabatannya, mewakili presiden. Dengan demikian bisa disimpulkan Presiden pun takluk di tangan mafia. Sesimpel itu.

Jika keberatan dibilang demikian, segeralah Jokowi copot menteri itu dan perintahkan penegak hukum melakukan Operasi Mama Mia seperti ketika Italia membabat habis mafia minyak zaitun. Tangkap semuanya: boss/don, underboss, capos, soldiers, associates, consigliere…

Banyak berita tentang mafia migor tapi sedikit yang sebut siapa saja pemainnya. Kenapa ragu? Bahasa terang saja. Struktur pasar migor Indonesia adalah oligopoli alias dikuasai beberapa pelaku usaha. Secara kasar pasar dikuasai 4 pelaku usaha dengan penguasaan minimal 40%.

Migor curah dikuasai Wilmar Group, Musim Mas Group, PT Smart, Tbk (Sinar Mas), PT Asian Agro Agung Jaya. Migor kemasan (bermerek) dikuasai PT Salim Ivomas Pratama, Wilmar Group, PT Smart Tbk (Sinar Mas), dan PT Bina Karya Prima. Itu semua fakta, tercatat di putusan KPPU 4 Mei 2010 tentang kartel minyak goreng. Sekarang bagaimana? Ya, menurut saya, tidak jauh beda penguasanya.

Lalu siapa yang memainkan harga? Gelap!

Produsen mengontrol harga migor kemasan hanya sampai distributor, di mana distributor mendapat marketing fee kisaran 5%. Untuk migor curah, beda. Produsen tidak tunjuk distributor tapi menjual langsung ke konsumen antara (penjual besar) dengan sistem jual beli putus. Kontrol harga cuma sampai batas barang keluar gudang produsen.

Di sepanjang rantai itu, siapa pelaku perekayasa harga? Siapa yang kontrol supply-demand? Siapa pejabat yang mem-back up? Tangkap dong.

“Behind every great fortune there is a crime”. Bagaimana membuktikannya?

Catatan saya dari kekalahan KPPU dari kasus kartel minyak goreng adalah memang pembuktian KPPU lemah. Dia pakai indirect evidence yang oleh MA tidak diakui sebagai alat bukti yang sah. Indirect evidence itu pun cuma bukti komunikasi pertemuan antara produsen dan Kemendag serta bukti analisis ekonomi tentang potensi kerugian akibat kartel. Sementara para terlapor (diduga kartel) agresif bertahan (mereka punya banyak sumber daya termasuk materi) dan akhirnya hampir seluruh dalil mereka diterima oleh hakim MA dalam putusan.

Kredibilitas KPPU pun lemah. Cek masa lalu soal skandal suap komisionernya yang berkaitan dengan eksekutif grup Lippo, pun ketika Prakerja, saya alami sendiri, bagaimana sikapnya berbelok cenderung ‘melindungi’ swasta platform digital.

Cerita kartel migor pun senyap lagi.

Lalu negara ini bisa apa lawan mafia migor? Padahal, Wakil Ketua DPR bilang mafia migor tidak ada, kalau di komoditas lain ada. Mendag-nya mengaku tak bisa menangani. Ketua Umum partai pemenang pemilunya sarankan menggoreng diganti merebus. Presidennya cuma galak di rapat sambil angkat-angkat plastik minyak tapi mana operasi mama mia-nya.

Langkah kecil harus ada. Minimal copot Mendag dan kembalikan dia ke habitatnya mengurusi grup media dan periklanannya atau kembali menjadi pengurus perusahaan Bakrie atau Medco. Buat apa pertahankan orang yang takluk tapi negara terus menggaji, memfasilitasi, dan memberinya kewenangan.

Masalah migor ini seperti akuarium. Masyarakat sudah tahu dan merasakan sendiri bahwa ada permainan di dalamnya. Semakin banyak yang tahu juga bahwa grup-grup konglomerat ada perannya juga di situ. Semakin disebut-sebut mafia, masyarakat semakin pintar untuk paham bahwa mafia bekerja dengan cara bergandeng tangan dengan sejumlah pejabat. Paham pula bahwa semakin tinggi harga CPO semakin buas nafsu produsen/pedagang untuk jual ke luar (ekspor). Semakin langka, semakin mahal, semakin potensi menimbun tinggi.

Kita sudah tahu semua. Tak usah lagi pemerintah berpura-pura.

Mana mafianya?

Berapa sumbangan mereka waktu pemilu?

Salam.

Berita Terkait
Baca Juga:
TikTok

Konten Apa yang Paling Diminati di TikTok? Ini Bocorannya!

Tips      

30 Maret 2025 | 1175


TikTok telah menjadi salah satu platform social media paling populer di dunia saat ini. Dengan jutaan pengguna yang aktif setiap harinya, konten-konten yang menarik dan kreatif di platform ...

Bepergian Sendirian?

Bepergian Sendirian?

Tips      

13 Des 2019 | 1895


Pernahkah kau melakukan perjalanan sendirian? Kita simak yuk apa saja yang bisa kita siapkan sebagai ‘teman’ perjalanan!   Buku, majalah, komik Ini benda ...

Sudah Tau Jamur Enoki? Benarkah Dikaitkan sebagai Penyebab Listeria

Sudah Tau Jamur Enoki? Benarkah Dikaitkan sebagai Penyebab Listeria

Kesehatan      

25 Jun 2020 | 1808


Banyak Sekali jenis jamur di dunia yang kerap menjadi bahan makanan yang cukup lezat tentunya, salah satunya yaitu jamur enoki yang juga dapat ditemukan di Indonesia karena sudah banyak ...

Lokasi Kampus STPN: Apa yang Membuatnya Terpilih oleh Banyak Mahasiswa?

Lokasi Kampus STPN: Apa yang Membuatnya Terpilih oleh Banyak Mahasiswa?

Pendidikan      

26 Apr 2025 | 308


Setiap tahun, ribuan mahasiswa baru mencari lokasi kampus yang tidak hanya baik dari segi akademis, tetapi juga nyaman dan strategis. Salah satu pilihan terbaik di Indonesia adalah Sekolah ...

Panduan Link Building 2026: Strategi SEO Terbaru Mengikuti Algoritma Google 2026

Panduan Link Building 2026: Strategi SEO Terbaru Mengikuti Algoritma Google 2026

Tips      

17 Des 2025 | 45


Memasuki tahun 2026, SEO menghadapi tantangan baru yang menuntut strategi lebih matang, adaptif, dan berkelanjutan. Optimasi mesin pencari tidak lagi hanya soal trik cepat untuk menaikkan ...

Hidup Itu Untuk Dijalani...

Hidup Itu Untuk Dijalani...

Religi      

9 Feb 2020 | 2229


Pernahkah engkau merasa kesulitan dalam melakukan sesuatu? Kalau coba diingat-ingat kembali, kesulitan apa yang pernah engkau alami? Kalau kita lihat pada umumnya kita mengalami ...